Di luar udara cukup dingin. Sepertinya menandakan akan turun hujan. Orang-orang yang berjalan kaki tampak terburu-buru agar tidak kedapatan hujan. Dianra sibuk memperatikan kendaraan berlalu-lalang dari balik jendela cafe. Saking seriusnya dia sampai-sampai tidak mendengar ayahnya berdehem.
Tidak berapa lama kemudian titik-titik hujan pun akhirya turun membasahi bumi. Seorang laki-laki masuk kedalam cafe. Sepertinya dia baru pulang kerja. Bajunya nyaris basa semua. Dia memilih duduk di dekat jendela sambil menikmati pemandangan di luar. Setelah memesan minum tak sengaja dianra menoleh ke arahnya dan ternyata laki-laki itu juga menoleh ke arahnya. Pandangan mereka berpapasan dan seketika laki-laki itu tersenyum pada dianra. Senyum yang manis dan memancarkan ketenangan.
Pertemuan yang begitu singkat namun memiliki arti tersendiri bagi dianra. Dia tidak bisa lupa akan senyum itu. Senyuman itu seakan-akan mengingatkannya pada masa lalunya yang begitu pahit. Dia harus kehilangan orang yang sangat dia sayangi untuk selama-lamanya. Senyum itu membayang-bayanginya setiap hari. Senyum itu seakan-akan menyembuhkan rasa rindunya. Tidak di sangkah, seminggu kemudian laki-laki itu berkunjung lagi ke cafenya, sama seperti waktu pertama bertemu dia masih tetap bersikap yang sama yaitu tidak lepas dari senyumnya yang indah itu. Selang beberapa menit kemudian laki-laki yang bernama yoga itu akhirnya menghampiriku dan mengajaknya ngobrol, mereka berdua pun ngobrol panjang lebar, orangnya baik, dewasa, sopan dan sedikit humoris. Dia adalah menejer di salah satu perusahaan tempat ia bekerja. Sungguh laki-laki yang sangat hebat. Ayahnya yang dari tadi menatapknya dari kejauhan, tampak menggeleng-geleng kepala dan sedikit tersenyum. Sadar akan hal itu akhirnya yoga pun mengakhiri perbincangannya.
“sepertinya bos kamu dari tadi memperhatikan kita. Kalau begitu aku pamit dulu ya. Ini kartu nama ku”. Ucapnya sambil menyodorkan kartu nama. dianra pun hanya terkikik di buatnya. Dia tidak tahu kalau boss itu adalah ayah dianra sendiri.
Seminggu kemudian yoga mengajakknya diner setelah beberapa hari berkomunikasi lewat BBM. Hari ini adalah hari pertama untuk jalan dengannya. dianra cukup senang menerimah ajakannya. Ayah yang selalu di jadikannya tempat curhat setelah ibunya sudah tidak ada mendukung 100%. Ayah sangat bahagia melihatnya bisa tersenyum kembali. Rasa cemas pun berkecamuk di fikiran dianra. Takut kalau yoga menegetahui kondisi yang sebenarnya karna selama ini dia belum mengetahui kondisi fisik dianra yang sebenarnya.
“ayah lihat yoga anak yang baik. Pasti dia bisa menerimah kekuranganmu dian”. Ucap ayah menyemangati. Hari ini kami janjian di sebuah restaurant. Tepat pukul 08.00 dia sudah berada di sana lebih awal. dilihat dari kejahuan dia tampak bersemangat, begitupun juga dengan dianra. Lalu dianra pun menghampirinya dengan tatapan dan senyuman yang menandakan aku siap. Tetapi belum sempat duduk yoga menampilkan ekspresi wajah yang berbeda. Dia seakan-akan shock melihat kedatangan dianra yang terpincang-pincang. Tatapannya kosong dan sedikit di paksakan untuk tersenyum. Dianra yang mengerti dengan perubahan ekspresinya. langsung tertunduk sedih dan menyadari diri. Seakan sudah terencanakan, tiba-tiba saja hp yoga berdering dan buru-buru mengangkatnya. Sepertinya dia siap-siap untuk beranjak pulang.
“ndra maaf aku pulang dulu ya, ada panggilan mendadak”.ucapnya dengan terburu-buru dan berlalu pergi. Dianra yang menyaksikan hal itu hanya bisa diam tanpa mengucapkan apa-apa. Air mataknya sudah tidak bisa tertahan lagi. Ayah yang ternyata belum pulang setelah mengantarkanya ternyata mengawasi dari kejahuan. Dia lalu melangkah terpincang-pincang menuju keluar. Hati dianra begitu kecewa. Ayahnya yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa pasrah.
Dua tahun yang lalu dianra dan kekasihnya raka mengalami kecelakaan. Mobil yang mereka tumpangi disambar oleh mobil kampas pengangkut barang. Dianra dan raka terluka parah sehinggah nyawa raka tidak bisa tertolong. Dianra sangat sedih dan frustasi. Sejak kecelakaan itu dia menjadi cewek pincang. Inilah yang membuat yoga shock dan tidak bisa menerimah kadaannya. Dianra pun tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Hanya dengan senyum yoga rindunya terhadap raka bisa terobati. Aku tidak menginginkan jadi cewek pincang, aku ingin normal kembali. Ucapnya dalam hati. Ayahnya hanya bisa memeluk sambil menenangkannya.
“jangan menangis lagi nak, ayah mengerti dengan perasaan kamu. Meskipun kamu gagal mendapatkan cinta lagi, tapi kamu harus bersyukur karena masih punya ayah. Ayah tetap akan selalu berada di sisimu dan selalu ada jika kamu butuh. Mungkin kali ini kamu gagal, tapi percayalah akan ada seseorang yang menerimah mu apa adanya. Ucapnya sambil membelai rambut lurus dianra. Dianra sedikit bangkit setelah mendengar kata-kata ayahnya barusan. Dia mulai bisa tersenyum kembali dan menatap ayahnya dengan senyum semangat. Meskipun hanya pertemuan singkat. Setidak-tidaknya dari pertemuan ini dianra bisa mendapatkan pelajaran berharga dan pengalaman baru yang tak akan bisa dia lupakan.
* * *